Harga Tiket: Gratis; Map: Cek Lokasi Alamat: Jl. KH. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. |
Yogyakarta menyandang status Daerah Istimewa bukan saja karena satu-satunya bagian dari Nusantara yang dipimpin oleh seorang Raja atau Sultan, tapi karena memiliki beragam destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat hari libur tiba. Yogyakarta juga memiliki aneka jenis bangunan bersejarah yang menjadi bagian dari cerita masa lalunya. Seperti Panggung Krapyak, bangunan bersejarah yang menyimpan cerita panjang dalam perjalanan kerajaan Mataram Islam yang kini berubah menjadi Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Meski tidak resmi menyandang status sebagai tempat wisata, namun kenyataannya Panggung Krapyak menarik perhatian pengunjung yang penasaran akan adanya bangunan bersejarah yang ada di seluruh penjuru kota Yogyakarta. Apa yang membuat bangunan berbentuk kubus ini terasa istimewa?
Daya Tarik Wisata Panggung Krapyak
1. Menengok Sejarah Masa Lalu
Panggung Krapyak adalah sebuah kastil yang usianya diperkirakan sudah lebih dari 250 tahun. Tujuan awal dibangunnya bangunan berbentuk kubus ini adalah sebagai tempat untuk mengintai hewan-hewan liar yang dulunya menjadi penghuni hutan Krapyak.
Perlu diketahui bahwa kondisi alam Yogyakarta di masa lampau masih berupa hutan lebat, termasuk hutan Krapyak yang kini sudah dipenuhi rumah-rumah penduduk. Di hutan Krapyak inilah banyak ditemukan beraneka satwa liar yang diburu secara bebas. Salah satu hewan yang sering berkeliaran di hutan Krapyak adalah rusa atau menjangan.
Untuk mengintai hewan-hewan yang berkeliaran, dibangunlah sebuah pondokan kecil yang kemudian direnovasi menjadi bangunan yang menyerupai sebuah kastil. Pembuatan bangunan bersejarah ini selesai pada tahun 1760 dan dibangun saat Sri Sultan Hamengkubawana I menjabat sebagai raja. Selain dibuat sebagai tempat untuk mengintai hewan buruan, Panggung Krapyak juga dibuat sebagai shelter untuk singgah dan berlindung dari hewan buas.
Bangunan ini juga menjadi saksi bisu sebagai kediaman sementara bagi bangsawan dari kerajaan Mataram Islam yang gemar berburu hewan liar. Menurut catatan sejarah, beberapa raja yang sering singgah di sini antara lain Prabu Hanyokrowati dan putra Panembahan Senopati. Selain itu, Sri Sultan Hamengkubawana I juga menggunakan bangunan ini sebagai tempat istirahat saat berburu di hutan Krapyak.
Menurut cerita, kegemaran Prabu Hanyokrowati berburu membuatnya meninggal di hutan Krapyak setelah mengalami kecelakaan. Jasadnya dikebumikan di Kotagede dan diberi gelar sebagai Panembahan Seda Krapyak yang berarti raja yang meninggal di hutan Krapyak. Cerita sejarah ini menjadi daya tarik yang membuat wisatawan datang dan liburan ke Panggung Krapyak
2. Mengagumi Bangunan Bersejarah
Selain karena cerita sejarah yang mengiringinya, bangunan itu sendiri sudah menarik perhatian para wisatawan. Pada dasarnya tidak ada desain khusus dari pembangunan kastil bersejarah ini. Bangunan ini memiliki ukuran 17,6 m x 15 m dengan tinggi bangunan kurang lebih 10 meter.
Kini wisatawan bisa melihat keindahan bangunan kolosal yang terawat dengan baik. Bangunan berwarna putih itu terlihat megah di siang hari dan lampu temaram di sekitar bangunan membuatnya terlihat lebih anggun di malam hari. Apalagi lokasinya yang tepat berada di persimpangan jalan membuat wisatawan mudah mengenali bangunan ini dari kejauhan.
Dulunya, kondisi bangunan tidak sebaik sekarang. Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya, termasuk melakukan renovasi besar-besaran untuk memperbaiki sisi bangunan yang sempat rusak akibat gempa yang terjadi pada tahun 2006 silam. Sebelum dicat berwarna putih megah, Panggung Krapyak terlihat kumuh dan tidak terawat. Lapisan luar sudah terkelupas membuat kita bisa melihat rangka batu yang tersusun sebagai tembok.
Desainnya memiliki corak khas kerajaan Mataram dengan pintu utama di bagian tengah dan dua jendela besar yang berada di kedua sisinya. Bagian dalamnya terlihat megah setelah direnovasi. Atap semi melengkung yang dihiasi dengan lampu berwarna kuning membuat nuansa di bagian dalam relihat klasik.
Panggung Krapyak memiliki dua lantai dimana lantai atas hanya berupa ruangan terbuka yang luas yang dibatasi dengan pagar yang tidak terlalu tinggi. Menurut peneliti, mereka memperkirakan bahwa bangunan ini dulunya berada di bagian tengah halaman yang dikelilingi tembok.
Hanya saja peneliti sudah tidak bisa mengidentifikasi tembok luar yang kini sudah digunakan sebagai rumah-rumah warga. Peneliti juga menemukan sisa kolam dan sumur di sekitar area, yang kini juga sudah hilang tertutup bangunan baru.
3. Garis Imajiner Kraton Yogyakarta
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa konon katanya, Kraton Yogyakarta masih memiliki kaitan yang sangat erat dengan Gunung Merapi yang berada di sisi utara dan juga Kerajaan Pantai Selatan.
Uniknya, bangunan yang sudah berusia lebih dari 200 tahun ini berada di garis imajiner, yang mana Gunung Merapi, Tugu Jogja, Kraton, Panggung Krapyak, hingga Pantai Selatan atau Pantai Parangkusumo berada dalam satu garis yang lurus. Ini merupakan sesuatu yang sangat unik mengingat bangunan ini sudah ada sebelum teknik arsitektur modern ditemukan.
Siapapun yang memiliki ide ini adalah orang yang jenius karena bisa membuat sebuah bangunan yang memiliki garis lurus dengan tingkat presisi yang sangat tinggi. Banyak yang percaya bahwa Kraton memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan Gunung Merapi dan Pantai Selatan.
Juru kunci Gunung Merapi merupakan orang yang dipilih dan direstui oleh Kraton Jogja, sedangkan Pantai Parangkusumo atau Parangtritis merupakan tempat dilakukannya upacara sedekah laut yang rutin digelar setiap tahun.
Bahkan jika Anda melihat peta modern, kita akan melihat bahwa Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parangkusumo benar-benar berada dalam satu garis lurus yang sama.
Alamat, Rute dan Tiket Masuk
Wisatawan yang ingin melihat kemegahan Kandang Menjangan, sebutan lain dari Panggung Krapyak, bisa datang ke jl. KH. Ali Maksum yang berada di kelurahan Panggungharjo, DI Yogyakarta. Jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari titik 0 kilometer Jogja.
Wisatawan bisa memulai perjalanan dari Alun-Alun Kidul dan langsung menuju ke selatan. Tidak lama kemudian Anda akan sampai di Kandang Menjangan.
Meskipun dikenal sebagai tempat para wisatawan berkumpul, Panggung Krapyak bukanlah tempat wisata seperti museum atau kawasan Kraton pada umumnya. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung. Wisatawan juga bisa datang kapan saja untuk melihat kemegahan bangunan.
Ragam Aktivitas yang Menarik Dilakukan
1. Foto-Foto
Aktivitas seru yang bisa dilakukan oleh wisatawan saat datang ke Kandang Menjangan adalah foto-foto. Baik di luar atau di dalam ruangan, wisatawan bisa menemukan spot foto yang sangat klasik.
Apalagi meskipun sudah direnovasi, Kandang Menjangan ini masih memiliki arsitektur bangunan kolosal yang khas. Bahkan di bagian dalam memiliki garis lengkung yang berada tepat di persimpangan ruangan, membuat interior bangunan terlihat sangat elegan di malam hari ketika lampu sudah menyala.
Pengunjung juga bisa naik ke bagian atap bangunan jika sudah mendapatkan ijin dari pengelola. Dari atas bangunan kita bisa melihat pusat kota Yogyakarta dari ketinggian. Jangan lupa juga untuk foto-foto di ruang terbuka dengan latar atap-atap rumah warga. Jika cuaca cerah, langit biru yang indah juga membuat suasana semakin semarak.
2. Melihat Festival Kesenian
Sebelum Indonesia dihantam pandemi Covid-19, Panggung Krapyak merupakan situs bersejarah yang juga sering digunakan sebagai tempat untuk menggelar berbagai aktivitas kebudayaan. Salah satu acara yang pernah diselenggarakan di sini adalah Festival Kesenian.
Bangunan luar yang dicat putih segera berubah menjadi sebuah kanvas yang berisi gambar warna-warni yang berasal dari sinar laser video mapping. Pertunjukan sinar laser sering dilakukan, hingga akhirnya vakum karena adanya pandemi.
Dinas Pariwisata DIY juga sering menggelar festival, seperti kala memperingati Hari Santri Nasional, Pemda DIY menggelar festival dengan berbagai acara. Beberapa pertunjukan yang pernah digelar di Kandang Menjangan antara lain wayang Suket, pentas musik, hingga acara pengajian dan Hadroh. Dengan kata lain, Kandang Menjangan juga menjadi tempat dimana warga Jogja mengekspresikan darah seni mereka.
3. Spot Tahun Baru
Saat hari pergantian tahun tiba, banyak wisatawan yang berbaur dengan warga sekitar untuk merayakan Tahun Baru. Kita tahu bahwa Yogyakarta memiliki beberapa spot yang selalu dipadati pengunjung ketika malam Tahun Baru.
Jika Malioboro dan sekitarnya sudah dipenuhi wisatawan, datanglah ke wisata sejarah yaitu Panggung Krapyak untuk menikmati aneka acara yang sering diselenggarakan untuk memeriahkan malam pergantian tahun.
Tidak ketinggalan pula kembang api yang menyala dan mewarnai langit malam. Kandang Menjangan sering menjadi titik bertemunya wisatawan dan warga sekitar yang ingin merayakan Tahun Baru di kota Yogyakarta.
Fasilitas Penunjang di Panggung Krapyak
Mengingat Kandang Menjangan atau Panggung Krapyak hanyalah sebuah bangunan biasa yang berada di persimpangan jalan, tidak ada fasilitas yang bisa dimanfaatkan saat kita berkunjung. Pengendara mobil pun harus numpang parkir di pinggir jalan rumah warga.
Akan tetapi tidak adanya fasilitas bukanlah penghalang untuk datang mengingat lokasinya yang berada di pusat kota membuat wisatawan bisa mendapatkan semua hal yang mereka butuhkan di fasilitas umum terdekat.