Harga Tiket: Gratis; Map: Cek Lokasi Alamat: Jl. Mahmud, RT.02/RW.04, Mekar Rahayu, Kec. Margaasih, Kab. Bandung, Jawa Barat |
Kampung Adat Mahmud terletak di sebuah desa yang tidak terlalu besar di Kabupaten Bandung, namun penuh dengan sejarah dan nilai agamis. Meskipun bukan salah satu objek wisata, tetapi setiap selalu saja ada pengunjung yang datang. Tujuannya tidak lain karena penasaran dengan kehidupan di kampung tersebut. Sebagian lagi ingin berziarah di makam tokoh agama.
Terlihat dari luar tidak ada yang istimewa, kampung yang termasuk desa wisata ini juga dilengkapi dengan gapura. Tinggi menjulang dan lumayan lebar dengan tulisan warna putih berbahasa arab dengan latar hijau yang jelas. Sebagian luar tampak beberapa rumah warga yang sangat sederhana dan jauh dari kata mewah.
Sedikit memasuki perkampungan, banyak kios yang menjual berbagai makanan dan minuman. Layaknya di tempat pemakaman wali, warga setempat memanfaatkan pengunjung yang datang untuk menambah penghasilan. Warga di sini ramah dan selalu menerima pengunjung dari berbagai daerah.
Daftar Konten
Daya Tarik Kampung Adat Mahmud
Kampung Adat Mahmud tidak jauh berbeda dengan perkampungan pada umumnya. Jalan antara rumah di perkampungan tidak terlalu luas. Kondisinya pun tidak terlalu baik, berlubang dan beberapa bagian miring. Namun dalam hal daya tarik tidak perlu dipertanyakan lagi, berikut yang berhasil kami rangkum!
1. Sejarah Kampung Adat Mahmud
Kita mengenal dulu sejarah adanya kampung yang dijadikan ada wisata ini. Dinamakan Kampung Mahmud bukan berarti dulunya ada orang terkenal atau orang yang pertama kali menemukan tempat ini bernama Mahmud. Eyang Dalem Abdul Manaf, itulah tokoh yang menamakan desa yang menjadi tujuan wisata religi ini.
Sebelumnya, beliau pernah belajar agama di Mekah, lalu kemudian kembali ke Indonesia. Ketika kembali, Eyang Dalem menyempatkan diri membawa segenggam tanah dari perkampungan Arab yang bernama Mahmud. Sesampainya di nusantara, beliau mencari lokasi yang tepat untuk menyebarkan agama Islam.
Oleh sebab saat itu di zaman penjajahan Belanda, beliau mencari tempat yang tersembunyi dan tenang. Sesampainya di sekitar Sungai Citarum, beliau mengubur tanah yang dibawa dari Mekah dan mulai mendirikan perkampungan. Karena alasan inilah dinamakan Kampung Adat Mahmud yang saat ini dikenal luas masyarakat di sekitar Bandung.
Ada keunikan dari desa wisata ini yang tidak dapat dipikir logis. Seringkali Sungai Citarum meluap dan menyebabkan banjir di kawasan sekitarnya. Menariknya, hal ini tidak terjadi di Kampung Mahmud. Entah apa alasannya, padahal untuk lokasinya sendiri masih berada di dataran yang sama dengan kawasan lainnya.
2. Penuh dengan Adat dan Budaya
Selain memiliki nilai sejarah yang amat panjang, kampung ini juga memiliki adat dan budaya yang sangat kental. Semua penduduknya pantang untuk mendirikan rumah tanpa genting barong dan jendela. Jika bangunannya mirip rumah panggung, maka tidak diperbolehkan di sini. Selain itu, setiap rumah hampir diwajibkan memiliki sumur untuk kebutuhan air sendiri.
Kampung Adat Mahmud dibangun dengan budaya dan pemahaman sufi, seperti Eyang Dalem yang membawa ajarannya. Di perkampungan ini tidak diperkenankan juga membunyikan gong karena alasan ramai. Memelihara angsa juga dilarang karena alasan yang sama. Selain pemahaman sufi, larangan ini pun untuk menghindari Belanda.
Saking tidak suka nya dengan penjajahan Belanda, Eyang Dalem Abdul Manaf melarang semua penghuni kampung berperilaku seperti Belanda. Tidak boleh meniru adat, pakaian, dan bahkan makanannya. Meski demikian, saat ini ada beberapa Kampung Adat Mahmud yang melanggar aturan tersebut.
3. Sebagai Wisata Religi
Sebagian besar desa wisata yang ditemui di sekitar kita digunakan untuk wisata alam atau sebuah wahana. Namun tidak demikian kali ini, kampung yang terlihat sempit ini digunakan sebagai wisata religi. Ini semua tidak lepas dari adanya makam Eyang Dalem Abdul Manaf. Apabila diambil garis nasab, beliau merupakan keturunan ketujuh dari Sunan Gunung Jati.
Bukan hanya karena alasan keturunan Kampung Adat Mahmud dijadikan objek wisata religi. Beliau merupakan salah satu dan bahkan dikatakan pertama kali yang menyebarkan agama Islam di Bandung. Perkembangan islam di Bandung yang cukup panjang tidak lepas dari peran beliau. Wajar saja jika saat ini banyak peziarah yang datang, bahkan dari luar kota Bandung.
4. Kesederhanaan Warga Kampung Adat Mahmud
Berkunjung ke sini jangan berharap adanya bangunan megah. Kondisi rumahnya sangat sederhana, begitu pula dengan perilaku sehari-hari warga setempat. Ilmu Tasawuf yang diajarkan Eyang Dalem masih dipegang warga Kampung Adat Mahmud hingga saat ini. Seperti yang diketahui, Tasawuf mengajarkan kesederhanaan bagi pengikutnya.
Ajaran ini lebih mementingkan kehidupan di akhirat daripada di dunia yang hanya sementara. Bukan hanya masalah tempat tinggal, namun juga dari kebiasaan makan dan pakaiannya. Meski sedikit terkikis oleh sebagian warganya, namun hal itu tidak terlalu berpengaruh dan secara keseluruhan masih sederhana.
Alamat dan Cara Menuju Lokasi
Kampung Adat Mahmud juga dikenal sebagai Makam Mahmud yang merujuk pada makam Eyang Abdul Manaf. Lokasinya yang strategis dan tidak jauh dari pusat Bandung semakin memudahkan pengunjung yang datang. Apalagi jika anda saat ini berada di Soreang, hanya butuh waktu 20 menit untuk menempuh jarah 10 kilometer.
Kalau dari Bandung sendiri cukup jauh, sekitar 15 kilometer dan butuh waktu 40 menit ke lokasi. Alamatnya berada di Jalan Mahmud, RT.02/RW.04, Mekar Rahayu, Margaasih, Bandung, Jawa Barat. Rute yang terbaik apabila datang dari Soreang yaitu melewati Masjid Agung Al Fath terlebih dahulu, kemudian ke Jalan Tol Soreang.
Lurus terus mengikuti jalan utama hingga tiba di kawasan Margaasih. Setelah putar balik, arahkan kendaraan ke Jalan Pener. Temukan jembatan penyeberangan, lalu menuju ke Terminal Angkot Mahmud Tegalega. Setelah menemukan perempatan kedua, belok kanan dan ikuti arah jalan hingga tiba di lokasi tujuan.
Harga Tiket Masuk Kampung Adat Mahmud
Desa wisata religi yang dikenal dengan Kampung Adat Mahmud ini tidak membebankan tiket masuk. Semua pengunjung yang datang bebas masuk di perkampungan atau area pemakaman. Tetapi ketika anda memasuki lokasi pemakaman, ada kotak amal yang diletakkan di depan pintu masuk.
Kotak amal ini tidak wajib diisi, namun sebaiknya tetap menyisihkan meskipun hanya 2.000 atau 5.000 rupiah. Pengeluaran wajib hanya untuk retribusi parkir, itu juga tidak terlalu mahal. Silahkan datang kapan saja, desa wisata ini dibuka setiap hari selama 24 jam. Khusus untuk Makam Mahmud, biasanya hanya dibuka hingga sore hari.
Ragam Aktivitas yang Menarik Dilakukan
Apa yang dapat dilakukan di desa wisata berbeda-beda, tergantung dari tema desa tersebut. Di Kampung Adat Mahmud, pastinya aktivitas yang dilakukan lebih banyak yang berhubungan dengan agama, baik berziarah maupun mengenal sejarah Islam.
1. Mengenal Sejarah Islam
Untuk mempelajari sejarah perkembangan Islam di suatu daerah, sangat disarankan mendapatkan informasinya dari sumber utama. Dalam hal ini adalah di Kampung Mahmud, jadi sudah selayaknya jika anda mengunjungi daerah yang bersangkutan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kampung ini merupakan tempat pertama kali Islam bermula.
Tentunya yang dimaksud adalah penyebaran agama Islam di Priangan atau Bandung. Penduduk setempat pastinya lebih mengetahui bagaimana Islam tersebar meluas hingga saat ini. Apalagi ada sesepuh yang dari warga setempat yang siap dan bersedia menceritakan sejarahnya.
2. Berkeliling Kampung
Destinasi wisata Kampung Adat Mahmud tidaklah begitu luas, anda dapat berkeliling hanya dalam waktu beberapa jam saja. Suasana di sini cukup damai, sunyi, dan tenang. Pemandangannya lumayan indah, dilengkapi dengan pepohonan dan beberapa tambak di sebagian titik. Tetapi sebagian akses jalan masih kurang baik, jadi sebaiknya berhati-hati.
3. Berziarah ke Makam
Aktivitas selanjutnya adalah berziarah yang menjadi wajib bagi sebagian wisatawan. Aktivitas ini termasuk yang paling utama bagi banyak orang. Bukan hanya pengunjung dari luar Kampung Adat Mahmud, namun juga warga setempat. Tujuan berziarah sendiri untuk menenang jasa Eyang Abdul Manaf dan sekaligus mengingat kematian.
4. Mencicipi Kuliner Lokal
Tidak sedikit warga setempat yang berjualan di sekitar lokasi. Bahkan penjual berderet rapi di depan rumah masing-masing, anda pun dapat memilih salah satunya. Bisa memilih yang sepi atau yang masakannya dikenal nikmat. Selain makanan, ada juga berbagai jenis minuman yang menyegarkan, kopi pun tersedia.
Fasilitas di Kampung Adat Mahmud
Kampung Adat ini bukanlah objek wisata pada umumnya, hanya sebuah tempat wisata religi pada umumnya. Fasilitas yang tersedia hanya yang paling penting untuk menunjang pengunjung yang datang. Contohnya adalah area parkir dengan lahan yang luas dan muat untuk beberapa bus sekaligus.
Di sini juga ada toilet, anda harus menyiapkan 2.000 rupiah untuk buang air kecil dan 4.000 bagi yang ingin buang air besar. Warung makan yang berjejer rapi di sekitar makam dan rumah warga juga fasilitas penting untuk mengisi perut kosong. Selain itu, pastinya ada mushola sebagai tempat ibadah pengunjung dan warga sekitar.
Itulah yang dapat kami sampaikan mengenai Kampung Adat Mahmud, sebuah perkampungan yang dijadikan desa wisata. Bukan karena alamnya yang indah, namun karena ada sebuah makam yang dianggap karomah oleh sebagian besar warga setempat dan sebagian besar warga Bandung pada umumnya.